Tingkat pemberian pakan ditentukan oleh ukuran ikan dimana sebakin besar
ikan maka feeding-ratenya semakin kecil, tetapi jumlah pakan hariannya
semakin besar, maksud dari pernyataan ini yaitu semakin besar ikan
jumlah pakan yang diberikan sebenarnya semakin kecil namun jumlah pakan
yang diberikan perhari akan semakin besar, hal ini bertentang dengan
pemberian pakan untuk skala pembenihan dimana feeding-rate pakan yang
diberikan akan semakin besar hal ini karena ikan yang masih kecil
membutuhkan pakan dalam jumlah yang cukup besar untuk memperlancar
pertumbuhan jaringan-jaringan tubuhnya.
![]() |
Pemberian pakan ikan. [sumber] |
Banyak faktor yang mempengaruhi jumlah pemberian pakan yang akan
diberikan kepada ikan peliharaan setiap harinya, namun yang terpenting
adalah suhu air, ukuran ikan, dan kualitas air selain itu ada beberapa
faktor lainnya. Suhu air yang rendah akan mempengaruhi proses
metabolisme didalam tubuh ikan sehingga pada batas-batas suhu air
terendah kadang-kadang ikan tidak mau makan. Demikian juga bila
kandungan oksigen terlarut dalam air rendah maka nafsu ikan dengan
sendirinya akan berkurang. Sehingga apabila prosentase pakan yang
diberikan cukup tinggi maka kemungkinan besar akan mempengaruhi kualitas
air tempat pemeliharaan ikan tersebut.
Secara berkala jumlah pakan harian ikan disesuaikan dengan pertambahan
bobot ikan dan perubahan populasi. Untuk imformasi bobot rata-rata dan
populasi ikan akan diperoleh apa bila dilakukan kegiatan pemantauan ikan
dengan cara sampling, oleh karena itu dengan sendirinya penyesuaian
pakan ditetapkan setelah proses sampling.
Kegiatan sampling pada ikan-ikan tertentu bukan hanya untuk menentukan
jumlah pakan yang akan diberikan juga berfungsi untuk mengetahui tingkat
pertumbuhan ikan yang dipelihara sehingga dapat diambil kepastian bahwa
ikan yang dipelihara perlu atau tidak dilakukan pemisahan ukuran atau
yang disebebut dengan kegiatan grading. Kegiatan grading ini sangat
perlu dilakukan jika kita membudidayakan jenis ikan yang memiliki sifat
kanibalisme atau pada ikan pemakan daging.
Pakan buatan yang diberikan harus berkualitas tinggi, karena larva
membutuhkan pakan untuk membantu pembentukan jaringan-jaringan tubuhnya
maka pakan yang diberikan harus mengandung kandungan protein yang cukup
banyak disamping kandungan gizi lainnya. Dan yang sangat penting untuk
diperhatikan dari pakan buatan adalah daya cerna yang tinggi sehingga
pakan buatan itu mudah sekali dicerna oleh burayak atau larva ikan
tersebut.
Untuk biota yang dipelihara dalam wadah pemeliharaan (baik ikan ataupun
udang) yang bersifat nokturnal (aktif pada malam hari) maka sebaiknya
jumlah pakan yang diberikan lebih banyak pada sore hari akan biota yang
bersifat nokturnal akan mencari makan pada malam hari sedangkan untuk
pagi hari dan siang hari biota tersebut akan bersembunyi oleh karena itu
jumlah makanan sore hari sebaiknya lebih banyak dari makanan pagi
hari.
Konversi pakan diartikan sebagai kemampuan spesies akuakultur mengubah
pakan menjadi daging, sama halnya dengan FCR (feed conversion ratio)
yang merupakan ukuran yang menyatakan rasio jumlah pakan yang dibutuhkan
untuk menghasilkan 1 kg daging ikan kultur.
Nilai konversi pakan sangat tergantung dari kebiasaan makan, ukuran ikan
yang kita pelihara, kualitas air (baik itu kandungan oksigen dalam air,
kandungan amonia, pH dan sebagainya) juga tergantung dari kualitas dan
kuantitas pakan yang diberikan.
Mengenai frekuensi pemberian pakan kepada ikan setiap harinya, belum
didapatkan data-data lengkap. Namun dalam penentukan frekuensi pakan ini
ada pengaruhnya terhadap pertumbuhan ikan. Pada umumnya ukuran ikan
yang masih kecil akan lebih sering diberikan pakan perharinya
dibandingkan dengan ikan yang berukuran besar. Sebagai contoh untuk ikan
mas yang berukuran burayak frekuen pemberian pakan dilakukan sebanyak 6
sampai 7 kali dalam sehari sedangkan untuk ikan mas yang berukuran
lebih besar pemberian pakan dilakukan 2 sampai 3 kali sehari.
Frekuensi pemberian pakan pada ikan sangat penting untuk diperhatikan
karena akan berpengaruh terhadap jumlah pakan yang dikonsumsi dan
efisiensi pakan. Menurut NCR (1977) dan Hickling (1971), frekuensi
pemberian pakan perlu diperhatikan agar penggunaan pakan lebih
efisiensi. Frekuensi pemberian pakan ditentukan antara lain oleh
spesies, ukuran ikan serta faktor-faktor yang mempengaruhi nafsu makan
ikan. Ketiga faktor tersebut sangat berkaitan satu dengan yang lainnya,
dimana semakin kecil ikan yang diberi makan makin sering frrekuensi
pemberian pakannya, hal ini berhubungan dengan kapasitas dan laju
pengosongan lambung, makin cepat waktu untuk megosongkan lambung maka
makin banyak frekuensi pemberian pakan yang dibutuhkan. Setelah
mengalami pengurangan isi lambung nafsu makan beberapa jenis ikan akan
meningkat kembali jika tersedia makanan, oleh karena itu frekuensi
pemberian pakan untuk benih akan berbeda dengan frekuensi pemberian
pakan untuk ikan dewasa.
METODE PEMBERIAN PAKAN IKAN
Teknik pemberian pakan pada ikan bervarisi, tetapi teknik yang paling
mendasar untuk penyebaran pakan ke dalam kolam meliputi penaburan
sedikit demi sedikit (spreinkling), penghamburan (broadcasting) dan
secara mekanik. Teknik penaburan sedikit demi sedikit merupakan metode
tradisional, dengan metode ini pakan harian yang diberikan dilemparkan
kedalam kolam dengan genggaman tangan selama priode 3 sampai 4 jam pada
pagi hari dan priode yang serupa pada sore hari.
Pemberian pakan pada kegiatan pembenihan yaitu pada saat perawatan
larva-benih dilakukan dengan cara memberikan pakan yang sudah dibuat
adonan pasta yang dibuat bola-bola kecil seperti kelereng/gundu, hal ini
dilakukan karena jenis pakan yang diberikan berupa tepung ikan atau
pellet yang diameternya sangat kecil sedangkan benih ikan belum efektif
untuk mengambil pakan yang ada dipermukaan air. Dalam pemberiannya maka
tepung ikan terlebih dahulu diberi air hangat secukupnya, buat adonan
lalu bentuk bulatan kecil, tebar bulatan pakan tersebut pada pojok/pojok
kolam atau wadah, pemberian dilakukan secara bertahap karena pemberian
pakan pada larva/benih dilihat dari tingkat kekenyangan (adlibitum).
PENANGANAN DAN PENYIMPANAN PAKAN DI LOKASI BUDIDAYA
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan dan penyimpanan pakan dilokasi budidaya adalah sebagai berikut :
- Berikan pakan secara hati-hati dan secermat mungkin dalam memilihnya seperti, dapatkan pakan yang benar-benar baru doproduksi yang memenuhi standar kegizian dan fisik, belilah pakan untuk waktu 4 – 6 minggu saja.
- Sewaktu pakan diangkut dan ditangani lindungilah pakan itu dari kelembaban, panas dan sinar matahari langsung.
- Simpanlah pakan ditempat yang sejuk, ternaungi, kering dan berventilasi
- Hindari pemberian pakan yang bulukan (dicemari kapang ) atau rusak/busuk yang ditandai oleh warna abu-abu, biru atau hijau pada pelet, asam atau apak, berbau lapuk, pakan yang telah basah dan pelet yang mengumpal atau menyatu.
Untuk pakan yang berbentuk basah (emulsi, suspensi) sebaiknya tidak kita
simpan, melainkan kita habiskan dalam satu kali pakai. Apabila terpaksa
dapat kita simpan dalam ruangan dingin (lemari es) itupun jangan
terlalu lama, cukup antara 2-3 hari saja. Sebab bila terlalu lama
mutunya akan merosot atau menurun dan akan berpengaruh buruk terhadap
kehidupan burayak atau benih yang kita beri makan pakan tersebut.
Makanan kering (pelet, remah, tepung) dapat kita simpan lebih lama namun
tetapi agar dalam waktu penyimpanan tidak mengalami kerusakan, maka
kadar airnya harus rendah antar 10-12 persen. Dengan kandungan kadar air
yang cukup rendah dan penyimpanan yang baik makanan kering dapat
disimpan dalam waktu 1 – 2 bulan
Semoga Bermanfaat...
Sumber : Modul Pembenihan Ikan Patin. BPPP Tegal
Sumber https://www.lalaukan.com/2018/03/manajemen-pakan-pada-budidaya-perikanan.html
Komentar
Posting Komentar