Induk ikan lele yang telah memijah
akan mengeluarkan telurnya pada keesokan harinya. Stadia telur merupakan
output dari aktivitas pemijahan ikan, dimana pada saat menetas berubah
menjadi stadia larva. Telur ikan lele bersifat melekat (adesif) kuat
pada substrat, karena telur ikan lele tersebut memiliki lapisan pelekat
pada dinding cangkangnya dan akan menjadi aktif ketika terjadi kontak
dengan air, sehingga dapat menjadi rusak/koyak ketika dicoba untuk
dicabut. Kekuatan pelekatan tersebut akan menjadi berkurang sejalan
dengan perkembangan telur (embriogenesis) hingga menetas. Oleh karena
itu, untuk mengurangi faktor kerusakan/kegagalan telur dalam proses
penetasan, induk ikan lele yang telah memijah diangkat dan dimasukkan ke
dalam wadah pemeliharaan induk kembali.
Kolam untuk pendederan:
Penyediaan Oksigen Terlarut
Pencegahan Serangan Penyakit pada Telur
Pengelolaan Kualitas Air Larva
Pemberian Pakan Larva
Jadwal Pemberian Pakan Larva Lele
Emulsi kuning telur: Hari ke 4-5
Artemia sp: Hari ke 6-13
Daphnia sp: Hari 12-17
Tubifex sp: Hari 17-21
Penjarangan
Penjarangan adalah mengurangi padat penebaran yang dilakukan karena ikan lele berkembang ke arah lebih besar, sehingga volume ratio antara lele dengan kolam tidak seimbang.
Apabila tidak dilakukan penjarangan dapat mengakibatkan:
Cara penjarangan pada benih ikan lele :
Semoga Bermanfaat...
Telur- telur ikan lele yang telah terbuahi ditandai dengan warna telur
kuning cerah kecoklatan, sedangkan telur-telur yang tidak terbuahi
berwarna putih pucat atau putih susu. Lama waktu perkembangan hingga
telur menetas menjadi larva tergantung pada jenis ikan dan suhu. Pada
ikan lele, membutuhkan waktu 18-24 jam dari saat pemijahan.
- Bentuk kolam pada minggu 1-2, lebar 50 cm, panjang 200 cm, dan tinggi 50cm. Dinding kolam dibuat tegak lurus, halus, dan licin, sehingga apabila bergesekan dengan tubuh benih lele tidak akan melukai. Permukaan lantai agak miring menuju pembuangan air.
- Kemiringan dibuat beda 3 cm di antara kedua ujung lantai, di mana yang dekat tempat pemasukan air lebih tinggi. Pada lantai dipasang pralon dengan diameter 3-5 cm dan panjang 10 m.
- Kira-kira 10 cm dari pengeluaran air dipasang saringan yang dijepit dengan 2 bingkai kayu tepat dengan permukaan dalam dinding kolam. Di antara 2 bingkai dipasang selembar kasa nyamuk dari bahan plastik berukuran mess 0,5-0,7 mm, kemudian dipaku.
- Setiap kolam pendederan dipasang pipa pemasukan dan pipa air untuk mengeringkan kolam. Pipa pengeluaran dihubungkan dengan pipa plastik yang dapat berfungsi untuk mengatur ketinggian air kolam. Pipa plastik tersebut dikaitkan dengan suatu pengait sebagai gantungan.
- Minggu ketiga, benih dipindahkan ke kolam pendederan yang lain. Pengambilannya tidak boleh menggunakan jaring, tetapi dengan mengatur ketinggian pipa plastik.
- Kolam pendederan yang baru berukuran 100 x 200 x 50 cm, dengan bentuk dan konstruksi sama dengan yang sebelumnya.
Penyesuaian Kondisi Suhu
Selain oksigen, faktor kualitas air yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan penetasan telur adalah suhu. Sampai batas tertentu, semakin
tinggi suhu air media penetasan telur maka waktu penetasan menjadi
semakin singkat. Akan tetapi, telur menghendaki suhu tertentu (suhu
optimal) yang memberikan efisiensi pemanfaatan kuning telur yang
maksimal, sehingga ketika telur menetas diperoleh larva yang berukuran
lebih besar dengan kelengkapan organ yang lebih baik dan dengan kondisi
kuning telur yang masih besar. Pada ikan lele, suhu optimum yang baik
untuk penetasan telur adalah sekitar 29-31o C.
Penyediaan Oksigen Terlarut
Selama proses penetasannya, telur-telur tersebut membutuhkan suplai
oksigen yang cukup. Oksigen tersebut masuk ke dalam telur secara difusi
melalui lapisan permukaan cangkang telur. Kebutuhan oksigen optimum
untuk kegiatan penetasan telur ikan lele adalah > 5 mg/L. Oksigen
tersebut dapat diperoleh melalui beberapa cara, yaitu (1) memberikan
aerasi dengan bantuan aerator; (2) menciptakan arus laminar dalam media
penetasan telur; (3) mendekatkan telur kepermukaan air, karena kandungan
oksigen paling tinggi berada dibagian paling dekat dengan permukaan
air. Selain oksigen, untuk keperluan perkembangan, diperlukan energy
yang berasal dari kuning telur (yolk sac) dan kemudian butir minyak (oil
globule). Oleh karena itu, kuning telur terus menyusut sejalan dengan
perkembangan embrio. Energi yang terdapat dalam kuning telur berpindah
ke organ tubuh embrio.
Telur- telur ikan lele akan menetas dalam waktu 18-24 jam setelah
pemijahan terjadi. Embrio terus berkembang dan membesar sehingga rongga
telur menjadi sesak olehnya dan bahkan tidak sanggup lagi mewadahinya,
maka dengan kekuatan pukulan dari dalam oleh pangkal sirip ekor,
cangkang telur pecah dan embrio lepas dari kungkungan menjadi larva.
Pada saat itu telur menetas menjadi larva. Untuk memperlancar proses
penetasan, air sebagai media penetasan telur diusahakan terbebas dari
mikroorganisme melalui beberapa upaya, yaitu (1) mengendapkan air untuk
media penetasan telur selama 3-7 hari sebelum digunakan; (2) menambahkan
zat antijamur seperti methylen blue, kedalam media penetasan; (3)
menyaring dan menyinari air yang akan digunakan untuk penetasan dengan
menggunakan sinar ultraviolet (UV); (4) menggunakan air yang bersumber
dari mata air atau sumur. Setelah semua telur menetas, maka untuk
menghindari adanya penyakit akibat pembusukan telur yang tidak menetas,
kakaban/substrat tempat pelekatan telur ikan lele diangkat dari wadah
penetasan dan untuk memperbaiki kualitas air pemeliharaan larva, maka
dilakukan pergantian air sebanyak ¾ dari volume wadah. Pergantian air
dimaksudkan untuk mengembalikan kondisi air menjadi baik, sehingga layak
dijadikan sebagai media pemeliharaan larva.
Larva yang telah menetas biasanya berwarna hijau dan berkumpul didasar
bak penetasan. Untuk menjaga kualitas air, maka sebaiknya selama
pemeliharaan dilakukan pergantian air setiap 2 hari sekali sebanyak
50-70 %. Pergantian air ini dimaksudkan untuk membuang kotoran, seperti
sisa cangkang telur atau telur yang tidak menetas dan mati.
Kotoran-kotoran tersebut apabila tidak dibuang akan mengendap dan
membusuk di dasar perairan yang menyebabkan timbulnya penyakit dan
menyerang larva. Pembuangan kotoran tersebut dilakukan secara hati-hati
agar larva tidak stress atau tidak ikut terbuang bersama kotoran.
Larva ikan lele hasil penetasan memiliki bobot minimal 0,05 gram dan
panjang tubuh 0,75-1 cm, serta belum memiliki bentuk morfologi yang
definitif (seperti induknya). Larva tersebut masih membawa cadangan
makanan dalam bentuk kuning telur dan butir minyak. Cadangan makanan
tersebut dimanfaatkan untuk proses perkembangan organ tubuh, khususnya
untuk keperluan pemangsaan (feeding), seperti sirip, mulut, mata dan
saluran pencernaan. Kuning telur tersebut biasanya akan habis dalam
waktu 3 hari, sejalan dengan proses perkembangan organ tubuh larva. Oleh
karena itu, larva ikan lele baru akan diberi pakan setelah umur 4 hari
(saat cadangan makanan didalam tubuhnya habis). Pakan yang diberikan
berupa pakan yang memiliki ukuran yang sesuai dengan bukaan mulut larva
agar larva ikan lebih mudah dalam mengkonsumsi pakan yang diberikan,
pakan ikan juga bergerak sehingga mudah dideteksi dan dimangsa oleh
larva, mudah dicerna dan mengandung nutrisi yang tinggi. Salah satu
contoh pakan yang diberikan pada saat larva ikan lele tersebut berumur 4
hari adalah emulsi kuning telur. Pada saat lele berumur 6 hari, maka
dapat diberikan pakan berupa Daphnia sp (kutu air), Tubifex sp (cacing
sutra) atau Artemia sp. Pakan tersebut diberikan secara adlibitum dengan
frekuensi 5 kali dalam sehari dan agar tidak mengotori air
pemeliharaan, maka diusahakan tidak ada pakan yang tersisa.
Emulsi kuning telur: Hari ke 4-5
Artemia sp: Hari ke 6-13
Daphnia sp: Hari 12-17
Tubifex sp: Hari 17-21
Penjarangan
Penjarangan adalah mengurangi padat penebaran yang dilakukan karena ikan lele berkembang ke arah lebih besar, sehingga volume ratio antara lele dengan kolam tidak seimbang.
Apabila tidak dilakukan penjarangan dapat mengakibatkan:
- Ikan berdesakan, sehingga tubuhnya akan luka.
- Terjadi perebutan ransum makanan dan suatu saat dapat memicu mumculnya kanibalisme (ikan yang lebih kecil dimakan oleh ikan yang lebih besar).
- Suasana kolam tidak sehat oleh menumpuknya CO2 dan NH3, dan O2 kurang sekali sehingga pertumbuhan ikan lele terhambat.
Cara penjarangan pada benih ikan lele :
- Minggu 1-2, kepadatan tebar 5000 ekor/m2
- Minggu 3-4, kepadatan tebar 1125 ekor/m2
- Minggu 5-6, kepadatan tebar 525 ekor/m2
Semoga Bermanfaat...
1. sumber
2. Modul Budidaya Ikan Lele, BPPP Tegal 2013.
https://www.lalaukan.com/2014/02/pemeliharaan-benih-ikan-lele.html
Komentar
Posting Komentar